Sunday, February 9, 2014

Istirahat sejenak. Melepas lelah

.....

Seperti sehabis berlari marathon, perasaan gue capek banget. Mungkin karena habis berlari, berlari mengejar kamu. Untuk melihat senyum kamu yang sulit untuk aku dapatkan. 

Atau gue abis lari buat menghindari dia. Melelahkan. Sungguh melelahkan.

Maka gue berfikir ambil waktu untuk beristirat. Ambil nafas, rehat sejenak dari hiruk pikuknya percintaan yang rumit.

Ah rumit. Memang. Gua gak pernah ngerti jadinya, sebenernya cinta gua bakal bermuara kemana. Hahahahaha.

Yaudahlah ya... skarang mah waktunya gue buat ambil nafas panjang, pasang kacamata kuda dan jadikan semuanya hanya untuk Fun!. Gak mau serius2 buat nanggapin. Kalo emang mau pada serius ngomong langsung aja sama Ayah, ntar baru gue tanggapin serius.

Cukup buat mencari cinta sementara. Sekarang waktunya buat mencari Imam dimasa depan #aehhh...

Jadi mariii kita nikmati sendiri yang nggak pernah sepi ini. Yeay.

Tuesday, February 4, 2014

Perasaan Ini Apa Namanya?

....

Sebuah pertanyaan yang gue belum temuin jawabannya. Perasaan ini apa namanya???...

Berawal dari sebuah social media, gue berkenalan dengan cowo yang cukup nice buat gue. Gue kenal sama dia karena gue lagi iseng megang salah satu akun pejalan, dan terlibat jual - beli kaos yang akhirnya dia dan atau gue saling menyimpan no handphone. Jauh sebelum itu kita suka bercanda sampai akhirnya dia menemukan siapa gua sebenernya. 

Waktu terus berlanjut, bukan lagi twitter sebagai media sapa, sms, wasap dan bbm pun akhirnya kita jadikan sebagai media tegur sapa. Dia baik dan suka melucu. Gua suka.

Belum, kita belum pernah bertemu, gua penasaran sih, kek apa sik penampakannya. Tapi lama - lama rasa penasaran gua hilang. Gue mulai sibuk dengan hubungan baru gue. Iya sama si dia - yang - berbeda. 

Lama kelamaan kita semakin sering bertegur sapa, berbicara lewat telpon. Gua biasa aja, gua suka bercanda. Beberapa kali dia bercanda "Menembak" gue entah di twitter atau di pesan text. Gua hanya tertawa, itu lelucon, bukan beneran. 

Namun lambat laun gua merasa ada yang aneh. Dari kata - kata yang dia ucapkan, dari gambar yang dia kirimkan, sepertinya ada perasaan didalamnya. Gue mulai berpikir, ini gue yang kepedean, atau emang dia punya perasaan lebih?. Gak mau ambil pusing, gue pikir gue yang terlalu kepedean. Waktu itu gak tepat banget buat buka perasaan setelah gue berpisah sama dia - yang - berbeda. Abang.

Tapi... semakin lama, semakin terasa, tapi tetep gue gak mau berpikir kearah sana. Gue masih cuek dan bodo amat sama perasaan itu. Gue masih mau nyembuhin luka.

Sampai akhirnya, kita memutuskan untuk liburan akhir tahun bersama. Yang seharusnya liburan itu gue isi dengan planning yang sudah dibuat jauh - jauh hari, namun akhirnya batal karena ke egoisan masing - masing. Kita memutuskan secara mendadak untuk ke Jogja. Berangkatlah kita.

Pada saat pertemuan itu, sumpah gua merasa amat sangat bosan. Dia terlalu pendiam, sulit buat gue buat menyeimbanginya. Harusnya liburan saat itu gue manfaatin buat jalan dan lebih mengenal dia. Tapi gue gak mau. Gua terlalu bosan buat menjadi orang yang memutuskan, dia mau kemana aja asal sama gua. Itu sweet buat gua, tapi gue butuh perlawanan, gue gak biasa dalam suasana seperti itu. Liburan gue berantakan. Sama sekali nggak berkesan. Kali itu Jogja tak memiliki cerita. 

Dalam perjalanan pulang, disana gue semakin merasa dia memiliki rasa, tapi gue tetep nggak percaya. Gue ignore semuanya, gue anggap itu biasa. Tapi gue nggak bisa bilang kalo gue nggak suka dia, gue nggak bisa bilang kalo gue nggak sayang dia. Gue bingung.

Gue semakin bingung sama perasaan ini saat dia tertidur bersandar pada kaki ini, tangan ini, iya tangan ini rasanya ingin mengusap punggungnya, satu hal yang paling gue suka lakukan untuk orang - orang yang gue sayang. Tapi gue nggak mampu buat melakukannya. Pikiran gue melayang. Akhirnya hanya membuat tangan ini mendarat di punggungnya, tanpa mengusapnya. 

Perjalanan masih panjang, gua mulai tertidur pulas. Namun tiba - tiba, terasa ada yang menggenggam tangan ini. Gua kaget, gue senang, karena gue merasa tenang karena malem itu bis terasa sangat dingin. Namun lagi - lagi tangan ini nggak mampu untuk mendekap tangannya. Bukan, bukan gua nggak mau, tapi rasanya gue nggak mampu. Saat kepalanya bersandar dipundak gue? rasanya gue mau nangis. Tuhaaaan... aku nggak ngerti sama semua perasaan ini. Bukankan aku mencari seseorang yang menyayangi ku? namun mengapa aku tak mampu menyayanginya?? ... dan lagi - lagi aku menangis.

Setelah semua itu terjadi, gue tau, kalo memang dia memiliki rasa itu, rasa sayang buat gue. Seminggu gue nggak bisa tidur, seminggu gue cuma bisa mikirin dia. Kok bisa??? gue nggak ngerti sama perasaan gue. Gue nggak mau sama dia, tapi gue juga nggak tega ngeliat dia kaya gitu. Mencintai tanpa dicintai itu sungguh siksaan berat, gue pernah merasakan itu. Tapi gue juga nggak mampu buat sayang sama dia. Tapi gue ... 

Sumpah rasanya mau teriak. 

Mencoba untuk menunjukan bahwa gue baik - baik saja. Membuat dia berpikir kalo gue cuma seorang Pemberi Harapan Palsu. Jleb. Sakit. Sakit banget pas gue denger semua itu. Gue berusaha menjelaskan. Mungkin hatinya sudah terlalu sakit. Gue mundur. Tidak lagi saling bertegur sapa.

Sampai suatu hari gue merasa tercolek sama sebuah twit di timeline "Entah apa yang membuat kita saling canggung. Hingga sapa menjadi hal yang paling langka." iya itu tulisannya. Gua nggak pernah tau itu tulisan untuk siapa, tapi entah gue merasa. Terlalu sensitif gue sekarang ketika menanggapi beberapa tulisannya. Membuat hati terlalu sakit. Sampai akhirnya gue memberanikan diri buat stalking twitternya. Hal yang nggak pernah gue lakukan sebelumnya. Dan hati terasa makin sakit ketika membaca beberapa tulisan lainnya ..

"Siapa tau orang yang sedang kamu kecewakan saat ini justru dia sedang merencanakan kebahagiaan untukmu." ..

 "Entah apa yang membuatku jatuh cinta pada perempuan yang tak mencintaiku."..

Gue nggak pernah tau tulisan itu maksutnya apa dan untuk siapa, tapi yang gue tau perasaan gue langsung berantakan pas baca tulisan itu. Sampai akhirnya semalam dia bilang kalo dia sudah move on dari gue. Gue senang!!, jujur gue seneng banget dengernya, karena sepertinya beban rasa tidak enak sedikit berkurang. Lalu dia bertanya lagi  "Emang nggak sedih kehilangan orang yang sayang sama kamu?", gue cuma bisa bilang " yang bikin aku sedih adalah aku gabisa buat orang yang sayang sama aku bahagia". Iya gue sedih ketika gue nggak bisa nyayangin dia balik, tapi emang gue gak bisa mau dipaksa kaya apapun juga. Ketika gue tanya, kenapa dia sayang sama gue, dia cuma jawab "Emangnya sayang butuh alasan?". Gue langsung terdiam. Kaku. Bisu. Gue merasa tidak menjadi orang yang bersyukur, Tuhan sudah mengirimkan orang yang sayang sama gue tanpa sebuah alasan, tapi gue hanya bisa menyia - nyiakan. Ada penyesalan didalamnya. Kenapa gue nggak mencoba dan berusaha untuk menyayangi dia??.

Pertanyaan itu masih menggantung. Gue belum bisa menemukan jawabannya, sama halnya gue juga belum pernah bisa ngerti, perasaan yang gue rasain ini apa namanya??!!.